SURABAYA
– 15 tahun lalu, tepatnya tahun 1998 pria kelahiran Ponorogo 13 November 1968
ini mulai menjadi tukang becak di daerah Dinoyo, Surabaya. Bapak Sugiono,
biasanya dipanggil. Sebelum menjadi tukang becak pada tahun 1998, beliau juga
pernah memulai usaha bersama istrinya dengan berjualan mi pangsit di jalan
Dinoyo juga pada tahun 1995. “Tapi baru jalan tiga tahun istri saya sudah ngga mau nerusin, mas.” ujarnya.
Saat
ini beliau tidak hanya menjadi tukang becak saja, namun juga ikut membantu
mengangkut barang-barang dagangan di warung depan kampus Widya Mandala
Surabaya. “Saya kalo’ pagi gitu ikut
bantu-bantu di warung, mas. Dibayarnya pake’
makan siang.” tambahnya. Di malam harinya, beliau juga kadang-kadang
menggantikan temannya yang bekerja sebagai juru parkir di restoran dekat
tempatnya mangkal.
Menurutnya,
dengan hanya bekerja sebagai tukang becak saja tidak cukup untuk menutupi biaya
kehidupan istri dan anak semata wayangnya. Maka dari situlah pak Sugiono ini
mencari biaya tambahan dengan kerja serabutan. Pendapatan yang didapat dari
becak hanya berkisar 30.000 hingga 50.000 rupiah jika ramai dan jelas tidak
lebih banyak dibandingkan hasil dari menjadi juru parkir dan bekerja serabutan
lainnya.
Keteguhan
dan kerja keras dari seorang bapak Sugiono ini patut dihargai, meskipun pada
saat puasa seperti sekarang, beliau tetap menjalani puasa sekaligus bekerja
berpanas-panasan. “Kan itu sudah jadi kewajiban saya sebagai umat beragama.”
Tambahnya. (YK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar