Masing-masing
daerah memiliki kesenian dengan ciri khasnya sendiri. Di Jawa Tengah terkenal
dengan kesenian tembang jawa atau sinden, Jawa Barat dikenal dengan kesenian
tari Jaipong, dan Jawa Timur memiliki budaya kesenian salah satunya adalah
ludruk yang mulai ditinggalkan. Kesenian ludruk merupakan kesenian yang paling
akrab dengan masyarakat dan banyak digemari para orang tua. Berbeda dengan
kesenian yang lain di Jawa Timur, Ludruk lebih menceritakan tentang kehidupan
sehari-hari rakyat jelata. Di setiap penampilannya ludruk seringkali diwarnai
dengan humor, cerita perjuangan dan kritik tentang keadaan sosial yang sedang
terjadi di masyarakat pada saat itu. Di dalam ceritanya selalu terdapat pesan
moral yang ingin disampaikan oleh para seniman pada masyarakat melalui jalan
ceritanya. Beberapa judul cerita yang biasa dimainkan pada pagelaran ludruk
diantaranya “Cincin Berdarah” , ” Maut di Ujung Keris” dan puluhan judul
lainnya.
Pada
awal mulanya Ludruk sendiri berarti badutan atau pelawak. Dimana ludruk ini
telah dikenal oleh masyarakat Jawa Timur sejak tahun 760 masehi. Dimana pada
saat itu dimasa kerajaan Kanyuruhan Malan yang dipimpin oleh raja Gjayana. Lalu
seiring dengan perkembangan waktu, ludruk akhirnya mengalami metamorfosa. Pada
tahun 1907, dahulunya ludruk yang berawal dari pementasan kampung ke kampung,
hingga kini ludruk menjadi sebuah pementasan teater.
Dalam
era kemerdekaaan Ludruk juga memiliki peranan penting. Ludruk dapat difungsikan
sebagai penyampai pesan persiapan kemerdekaan pada era kemerdekaan. Namun
setelah merdekapun, ludruk masih tetap digunakan sebagai penyampai pesan untuk
pembangunan Indonesia.
Pada
awal mula kemunculannya Ludruk Irama Budaya ini diberi nama Ludruk Waria Jaya.
Di namakan Ludruk Waria Jaya karena semua pemain yang memainkan ludruk adalah
seorang lelaki yang dapat berperan
menjadi wanita sesuai dengan peran yang di dapat dalam cerita. Bahasa yang
dipakai di dalam pementasan Ludruk menggunakan bahasa khas Surabaya, Meskipun
terkadang ada bintang tamu dari daerah lain seperti Jombang, Malang, Madiun dan
Madura yang memiliki logat bahasa yang berbeda. Bahasa lugas dan berbicara apa
adanya membuat Ludruk mudah diserap oleh kalangan menengah ke bawah yang
memiliki pendidikan yang rendah sekalipun seperti tukang becak, Pengemis, anak
jalanan, dan Orang Tua yang sudah lanjut usia. Biasanya dalam penampilannya Ludruk selalu di
buka dengan tarian – tarian tradisional seperti Tari Remo, parikan dan
diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerankan Pak Sakera, seorang
jagoan dari Madura serta diiringi musik gamelan yang dilantunkan.
Pada
perkembangan zaman, banyak muncul acara-acara serupa yang tidak kalah menarik
baik di Jawa Timur maupun diberbagai belahan dunia lainnya yang mengakibatkan ludruk
secara perlahan mulai tergeser keberadaanya, terutama dengan budaya barat yang
mulai mendominasi di masyarakat. Hal ini menjadikan ludruk semakin tertinggal,
padahal dulunya ludruk berkembang sampai kebeberapa daerah di luar Jawa Timur
seperti di Sumatera Utara.Tetapi sekarang sudah berubah, bahkan di daerah
asalnya saja di Jawa Timur, jarang dijumpai kesenian ludruk. Di tempat asalnya
ludruk hampir menjadi kenangan, hanya ada satu – satunya grup ludruk yang masih bertahan di Surabaya
sampai saat ini. Grup Ludruk ini diberi nama Ludruk Irama Budaya, yang lebih
tepatnya bertempat di Belakang Taman Hiburan Remaja Surabaya. Ludruk Irama
Budaya ini merupakan satu – satunya Ludruk yang dimiliki oleh Surabaya. Gedung
yang dipakai untuk tempat pertunjukkan Ludruk Irama Budaya ini disediakan oleh Pemerintah Kota Surabaya
secara cuma-cuma. Gedung yang dipakai tidak terlalu besar untuk sebuah pertunjukan
semeriah Ludruk. Tetapi, setidaknya tempat ini jauh lebih baik dari tempat
sebelumnya yang di Pulo Wonokromo, dimana mereka harus membayar biaya sewa
untuk tempat pertunjukkan Ludruk.
Ludruk
diperankan oleh sekelompok seniman yang menggelar pertunjukkan di atas
panggung, dimana semua pemainnya adalah para lelaki. Pemain ludruk tidak
diperankan oleh wanita oleh karena itu peran perempuan juga diperankan oleh
laki - laki. Kostum dan make up yang
digunakan oleh pemeran ludruk selalu berbeda menyesuaikan dengan tema cerita.
Ludruk Irama Budaya ini sudah berdiri sejak 25 tahun yang lalu, lebih tepatnya
pada tanggal 10 November 1987. Didirikannya Grup Ludruk bertepatan dengan Hari
Pahlawan. Ludruk ini didirikan oleh
seorang seniman waria Surabaya yang bernama Sunaryo Sakiyah yang beberapa bulan
yang lalu berpulang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa yang lebih tepatnya pada
bulan Juli yang lalu. Sehingga sekarang Ludruk Irama Budaya diurus oleh Deden,
anak Sakiyah yang sudah lama merantau dari Bogor. Deden semenjak kecil sudah
dikenalkan dengan dunia Ludruk, hal itulah yang membuat Deden menjadi jatuh
cinta dengan dunia Ludruk sampai sekarang.
Grup
Ludruk ini berusaha melestarikan kesenian tradisional asli khas Jawa Timur agar tidak “punah” di
kalangan masyarakat. Menurut mereka masyarakat di zaman sekarang sudah
melupakan hiburan kesenian Tradisional terutama
Ludruk, masyarakat cenderung mencari hiburan dengan hal- hal yang berbau
kebarat baratan seperti menonton Televisi, Bioskop dan Jalan - jalan . Meskipun
sudah mengetahui keadaan masyarakat
sekarang yang kurang berminat pada kesenian tradisional Ludruk, Grup ini masih rutin melakukan pementasan dua
kali setiap minggunya. Meskipun Grup ini mengetahui keadaan masyarakat jaman
sekarang sudah melupakan Ludruk, tetapi merek berusaha membuat Ludruk agar
tetap eksis di kalangan masyarakat. Grup Ludruk ini tidak akan membiarkan
kesenian Tradisional Ludruk tertelan dengan perkembangan jaman yang semakin
maju ini.
Tidak
terlalu banyak pemain – pemain yang dimiliki oleh Grup Ludruk Irama Budaya ini.
Jumlahnya kira – kira sekitar 40 sampai 50 orang yang berada di dalam Grup
Ludruk ini yang terdiri dari pemain gamelan, pemain belajaran, dan
seniman – seniman senior. Banyak sekali kendala-kendala yang dihadapi seniman –
seniman dalam bermain Ludruk. Salah satu masalah terbesarnya adalah kurangnya
peminat untuk menonton pertunjukan kesenian Tradisional Ludruk ini. Padahal Tiket yang dijual untuk menonton pertunjukkan
Ludruk ini bisa dibilang cukup terjangkau hanya berkisar sekitar Lima Ribu
Rupiah saja. Tetapi itu masih tidak cukup untuk menarik perhatian masyarakat
khususnya di Surabaya untuk menonton Kesenian Ludruk.
Penghasilan
yang di dapat dari penjualan tiket di setiap pertunjukkan akan dibagikan pada
seluruh pemain – pemain. Kalau di lihat lagi antara pembagian pendapatan setiap
kali pertunjukkan Ludruk dengan para pemain – pemain pertunjukkan Ludruk
menjadi tidak seimbang. Sehingga setiap orang akan mendapatkan pendapatan yang
tidak terlalu banyak. Meskipun
menghasilkan uang yang tidak terlalu banyak, tetapi mereka tetap setia
mengadakan pertunjukkan Ludruk dengan rutin. Hal ini dilakukan dengan sepenuh
hati oleh para seniman – seniman dan para pemain – pemain, semua ini dilakukan karena cintanya dengan dunia
kesenian Tradisional Ludruk yang mereka warisi membuat mereka masih bertahan
sampai sekarang ini menjalankan Grup Ludruk Irama Budaya.
Penghasilan
yang di dapat dari hasil penjualan tiket dari bermain Ludruk ini tidak dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari –hari mereka. Berharap berjubelnya
penonton seni Ludruk untuk membeli tiket
masuk, sekarang ini hanyalah mimpi yang tidak mungkin terwujud. Itu sepertinya
tidak mungkin terjadi pada jaman sekarang ini. Meskipun begitu mereka sebagai
seorang seniman harus bekerja secara professional
dalam menjalani perannya di atas panggung. Pemain Ludruk tidak perlu sibuk
sendiri memakai kostum, Make Up , dan
menyetrika pakaian yang akan di pakai di atas panggung. Para pemain – pemain
Ludruk dalam persiapannya sudah ada yang membantu mengurusi.
Grup
Ludruk Irama Budaya ini memiliki keistimewaan yaitu semua Seniman seniman yang
ada di Grup Ludruk Irama Budaya ini merupakan pewaris dari kejayaan Ludruk Marhaen
di
tahun 60-an yang pernah membuat film tentang profail Ludruk Marhaen di zaman
pemerintahan Presiden Soekarno yang memang sangat memanfaatkan seni teater
selama di pembuangan sebagai sarana pendidikan kala itu, Ludruk Irama Budaya pimpinan
Sakiyah bekerja secara prfesional. Dedikasi anggota yang memang benar-benar
setia, kecintaan mereka pada seni Ludruk itulah yang membuat mereka masih
bertahan sampai sekarang. Berita tentang penayangan Kesenian Ludruk dipajang di poster, salah satunya adalah “ Joko
Tarub dan Selendang Merah” dan Ande – “Ande Lumut Mencari Cinta”.
Kehidupan
Rata-rata yang dijalani oleh seorang pemain - pemain Ludruk jauh dari kehidupan
gemerlapan bintang yang sering muncul di televisi dan selalu disorot infotainment. Tetapi ada salah satu pemain Ludruk yang
dikenal masyarakat luas yaitu Kartolo. Kartolo merupakan seorang pelawak
legendaris asal Surabaya, Jawa Timur. Ia sudah lebih dari 40 tahun hidup dalam
dunia seni Ludruk. Ludruk sudah menjadi darah daging yang melekat di hati Kartolo.
Nama Kartolo dan suara khasnya dengan humor yang disampaikan secara lugu dan
cerdas itu membuatnya hingga hampir dikenal si seluruh Jawa Timur bahkan hingga
sampai Jawa Tengah.
Kemudian selain Kartolo ada juga Ani
seorang waria yang mengaku senang bergabung di Kesenian Ludruk Irama Budaya,
Keinginan Ani mengikuti Grup Ludruk ini bukan karena ingin tenar dan
mendapatkan rezeki berlimpah, tapi karena dia sudah terlanjur jatuh cinta
kepada seni Ludruk. Begitu juga dengan Supri teman senasib dan sepenangunggan
Ani yang juga seorang waria. Supri tidak hanya menggantungkan hidupnya dari
bermain Ludruk tetapi dia juga membuka salon kecantikan. Dia hidup dari rejeki
lain. Begitu juga dengan yang lainnya. Ada yang pedagang kaki lima, supir
angkot dan ada juga yang pegawai honor di salah satu instansi pemerintahan.
Banyak
sekali latar belakang pekerjaan yang terdapat dalam para pemain Kesenian
Ludruk, Kesenian Tradisional Ludruk
sendiri dijadikan pekerjaan sampingan atau bahkan dijadikan sebagai ajang
penyaluran hobi dan rasa cinta pada
Kesenian Ludruk. Meskipun begitu
tetapi mereka tetap dapat bermain dengan bagus di atas panggung.
Hal ini
lah yang membuat para pemain dan seniman – seniman Ludruk menjadi prihatin
dengan keadaan seperti ini. Mereka hanya bisa berharap Masyarakat bisa memiliki
rasa memiliki dan peduli akan kesenian tradisional Ludruk. Sekarang ini kesenian Ludruk
kini makin terpuruk. Ludruk masih populer di kalangan orang tua, namun tidak di
kalangan anak muda dan remaja. Pengemasan ludruk yang kurang menarik perhatian dan
cenderung monoton menurunkan tingkat apresiasi penggemarnya. Mungkin banyak anak muda yang menyangka
Pertunjukkan Kesenian Ludruk itu merupakan hiburan kelas menengah ke bawah. Padahal
Kesenian Tradisional Ludruk sudah menjadi ikon penting di dalam kelompok
masyarakat Jawa Timur sendiri.
Ada
sebagian masyarakat yang merasa iba melihat fenomena yang terjadi di masyarakat
seperti itu. Kemudian munculah komunitas – komunitas yang peduli akan kesenian
Tradisional Ludruk yang salah satunya adalah Komunitas Ludruk Remaja Surabaya.
Komunitas Ludruk Remaja Surabaya digunakan sebagai wahana dan tempat regenerasi seniman
ludruk sekaligus memberi kesempatan pada kalangan remaja dan para pelajar untuk
bergabung. Regenerasi seniman ludruk menjadi bagian penting dalam pengembangan
maupun pelestarian kesenian ludruk yang menjadi aset kebudayaan Jawa Timur di
masa mendatang. keberadaannya untuk menampung dan mewadahi anak-anak muda yang
gemar ludruk, khususnya di Surabaya," kata Anggota Komunitas Ludruk Remaja
Surabaya Agung Juni Sasmito, di Surabaya.
Dalam melestarikan budaya kesenian
Ludruk yang terpenting adalah diperlukan upaya pemerintah untuk ikut peduli dan
mendukung Komunitas Ludruk Remaja ini yang salah satu tujuannya untuk
mengembangkan dan melestarikan kesenian ludruk. "Kepedulian dan bantuan
pemerintah untuk bersama-sama mengembangkan dan melestarikan ludruk juga kami
harapkan. Dengan demikian, Komunitas Ludruk Remaja bisa terus berkembang di
tengah – tengah masyarakat kota Surabaya.
Di setiap hari Sabtu dan Minggu
anggota komunitas Ludruk Remaja berlatih bersama, selama proses latihan bersama
berlangsung, fasilitas yang digunakan seperti khususnya pemanfaatan gamelan
banyak dibantu oleh Grup Ludruk Irama Budaya Surabaya. Mereka berharap agar
pemerintah lebih peduli dan perhatian terhadap komunitas ini terutama dalam
memfasilitasi komunitas ini dalam berlatih. Bisa dibilang kehidupan kesenian
tradisional Ludruk di Surabaya ini yang sampai sekarang bertahan hidup di
Kampung Seni Taman Hiburan Remaja ini, bisa dijadikan potret dari wajah
Surabaya yang memelas. Maksudnya adalh Kesenian Tradisional ini bisa hidup atau
berjalan dengan bantuan Pemkot dengan pemberian subsidi dan pemberian gedung
latihan. Kesenian Ludruk mulai memudar di kalangan masyarakat maupun
pemerintahan daerah, hal ini terlihat dengan tidak ditampilkannya kesenian Ludruk
di Ulang Tahun Surabaya pada tahun 2012 ini. “Sangat ironis sekali melihat
kesenian tradisional Ludruk tidak di tampilkan di perayaan besar seperti hari
jadi Kota Surabaya ini, padahal kesenian
tradisional Ludruk merupakan kesenian yang lahir di Surabaya. Seharusnya
pemerintah Surabaya harus lebih peka , peduli dan prihatin dengan kondisi
masyarakat yang mulai melupakan kesenian budaya tradisional. Pemerintah jangan
hanya mementingkan uang dan jabatan saja tetapi rasa tanggung jawab mereka
sebagai institusi pemerintahan harusnya mulai mengambil langkah melestarikan
kesenian budaya tradisional di tengah – tengah masyarakat.
Dengan keberadaan Komunitas
Ludruk Remaja, diharapkan dapat menaruh harapan besar apresiasi masyarakat
tentang kesenian ludruk kembali tumbuh dan regenerasi seniman ludruk bisa terus
berjalan. Sehingga masyarakat menjadi lebih mengenal budaya tradisionalnya dan
jadi ikut bertanggung jawab atas pelestarian budaya kesenian Tradisional Ludruk
agar tidak cepat hilang ditelan perkembangan jaman ini. Dibutuhkan rasa
kepedulian dari masing – masing individu untuk melestarikan Kesenian
tradisional ini. Banyak upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk
menyelamatkan kesenian budaya tradisional yang sudah mulai memudar di hati
masyarakat. Bisa dilakukan melalui dunia pendidikan seperti adanya
ekstrakulikuler yang mempelajari kesenian Tradisional ini.
Jika tidak dilestarikan dan dibudayakan di tengah
masyarakat, maka jangan heran lama kelamaan budaya ini akan di ambil oleh
negara tetangga. Seperti pada kasus kesenian Reog Ponorogo yang diambil dan
diakui menjadi kesenian budaya mereka. Jangan sampai ketika sudah di ambil dan
dirampas baru kita mulai bertindak. Nasi sudah menjadi bubur.
Baru tau ternyata udah habis ya :| habis cwok semua sih. Cewek ga boleh ikutan main a?
BalasHapusmau tanya ....
BalasHapuskalau mau lihat ludruk dimana ya? dan jam berapa ?
Informasi yang sangat bagus dan menarik. Ulasannya jelas dan detail. Terima kasih banyak atas paper yang bermanfaat ini
BalasHapus